Adapun menjelang musim kemarau tahun 2020 ini, baru 8 persen dari seluruh petani di sana yang memanfaatkan asuransi pertanian. "Di sejumlah daerah, peralihan ke musim kemarau mulai terasa, termasuk di Jawa Barat yang relatif dekat dengan Kebumen," kata Menteri Syahrul.
Petani yang lahannya berada di daerah yang mengalami kekurangan air, agar tidak memaksakan menanam padi, karena risiko gagal tanam cukup tinggi," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan DP3 Kabupaten Sleman Rofiq Andriyanto, di Sleman, DIY, Selasa. Menurut dia, sebagai gantinya disarankan menanam tanaman komoditas lain yang tidak membutuhkan banyak air.
Pekalongan- Para petani di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, tetap nekat menanam padi meski saat ini sedang memasuki musim kemarau.. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, Siswanto di Pekalongan, Minggu (10/9), mengatakan bahwa saat ini banyak petani setempat yang membandel melanggar pola tanam sehingga bisa merugikan mereka karena tanaman padi akan puso akibat
Fast Money. OPINI , Tips dan Trik August 14, 2020 • Ilustrasi padi yang mulai kekeringan – Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para petani padi sawah basah di tanah air adalah masalah kesulitan air tatkala akan memasuki masa panen, pada musim tanam kedua dan selanjutnya porekat. Sewaktu masa tanam kedua ini, rata-rata kondisi air masih normal, karena sedang berada pada puncak musim hujan. Tetapi memasuki bulan ketiga, tatkala padi akan panen, mulai air akan berkurang, seiring musim berganti menuju kemarau. Keadaan seperti itu, mengakibatkan banyak petani padi mengalami gagal panen. Disebabkan padi tidak tumbuh optimal, karena kekurangan air. Gejala ini sebenarnya hal yang wajar terjadi, karena mekanisme alam. Namun pengaturan penanaman padi tentunya harus menyesuaikan. Sejak tahap awal penanaman padi, sangat mungkin air di sawah akan menyusut sedikit demi sedikit, hingga kering kerontang. Tanah sawah perlahan berubah susut berair, bercak macak-macak, kering, hingga pecah-pecah. Padi pun tidak tumbuh sempurna. Tak jarang yang menjadi kurus kerontang dan jatuh terjuntai. Tanaman padi yang kekurangan air ini akhirnya mati. Kalaupun bertahan hidup, tidak menghasilkan buah yang normal. Pasti begitu, karena kebutuhan terhadap air tidak terpenuhi. Untuk menangani persoalan kekeringan ini, petani memang harus mengantisipasi sejak awal, sejak rencana menanam padi. Artinya, perhitungan kemungkinan kekeringan sudah harus masuk agenda rencana sewaktu akan menanam padi. Dengan perhitungan sejak dari awal, maka upaya untuk mengantisipasi dan menghadapi kenyataan ini sudah akan dipersiapkan oleh para petani padi. Diantara persiapan dan perencanaan penanaman padi yang menyesuaikan untuk mengurangi dampak kekeringan, antara lain berikut ini 1. Memilih jenis varietas padi yang lebih tahan tumbuh pada debit air kecil dengan usia lebih singkat, misalnya kurang dari 75 hari dari tanam. Ciri padi itu, umumnya semua padi yang dapat tumbuh secara combo, pada lahan kering huma dan sawah. 2. Melakukan pengaturan sistem pengairan internal lahan sawah. Penggunaan pengairan sawah dilakukan secara optimal. Sehingga tak membiarkan air terbuang ke saluran pembuangan. Jadi harus ada semacam area cadangan air pada lahan kita. Pengaturan air ini harus dilakukan sejak usia padi telah mencapai 1 bulan pada lahan. Sebab, sejak itulah pemanfaatan air dibutuhkan oleh tanaman padi hingga malai berisi. 3. Pola pengolahan lahan harus baik. Sistem pengolahan lahan sawah berbeda dengan lahan kering, yakni harus rata, lumpur ledok sunda, merata antara air, basah dan kering. Kondisi lumpur itu akan menjamin air tidak mudah meresap. Pengolahan itu dilakukan dengan optimalisasi waktu pembajakan, serta mencermati setelahnya, dari saluran yang tidak perlu seperti lobang pada pematang sawah, yang dibuat oleh hama hewan seperti tikus, kepiting, keong, dll. 4. Mengurangi penggunaan pupuk dan bahan-bahan kimia. Pemanfaatan pupuk dan bahan lain kimia memang dapat menggenjot pertumbuhan tanaman secara cepat, namun akan menyisakan residu. Untuk itu, ada baiknya apabila sistem penanaman memiliki proyeksi jangka panjang dan berkesinambungan, secara periodik dan bertahap para petani mengurangi penggunaan komposisi pupuk kimia hasil buatan pabrikan. Pupuk yang instan untuk memenuhi kebutuhan tanaman jangka pendek, berdampak pada kesuburan tanah dalam jangka panjang. Tanah akan kurus, kering dan mengeras. Alhasil, sangat gembos terhadap kebutuhan air. Nah, itulah beberapa hal yang dapat dilakukan sejak awal untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang mungkin terjadi pada tanaman padi di sawah. Anda punya cerita lain? Silahkan berbagi.*
Makassar ANTARA - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG telah memprediksi bahwa Indonesia akan menghadapi musim kemarau lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya, sehingga bencana kekeringan bisa mengancam sejumlah sektor kehidupan, seperti pertanian, kebakaran hutan, krisis air, hingga sejumlah penyakit yang muncul akibat perubahan cuaca ekstrem. BMKG juga memprediksi musim kemarau tahun 2023 tiba lebih awal dari sebelumnya. Maka berdasarkan analisis BMKG, saat ini sebesar 28 persen atau 194 zona musim wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Jika tiga tahun terakhir 2020-2022 kerap didapati hujan di musim kemarau, maka diprediksi hal tersebut tidak akan terjadi pada 2023 ini. Berdasarkan laman resmi BMKG, turunnya hujan di musim kemarau tiga tahun terakhir dipicu peristiwa La Nina yang mengakibatkan iklim basah. Namun pemantauan terbaru, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa saat ini intensitas La Nina terus melemah, dengan indeks pada awal Februari 2023 sebesar -0,61. Suhu muka air laut di Samudra Pasifik yang terus melemah mengarah pada El Nino pada Juni 2023 yang berakibat semakin menghangat kawasan tersebut. Peristiwa El Nino ini berlawanan dengan La Nina. El Nino adalah suatu fenomena di mana suhu permukaan laut SST di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah dan mengurangi jumlah curah hujan di Indonesia. BMKG telah memprediksi dampak El Nino mengakibatkan musim kemarau yang lebih ekstrem akan terjadi di berbagai wilayah Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sulawesi Selatan yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan selat Makassar. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Makassar, Hanafi Hamzah, mengemukakan bahwa intensitas hujan lebih sedikit itu karena masuk bulan Juli pengaruh El Nino akan semakin terasa. Di Sulawesi Selatan Sulsel, hal ini diprediksi berlangsung pada Juli hingga September. BMKG Makassar memprediksi selama tiga bulan Juli, Agustus, September tidak ada hujan di hampir seluruh wilayah Sulsel, termasuk area pegunungan, meski area ini tidak terlalu terdampak kekeringan. BMKG memprediksi pantai barat akan terdampak signifikan terhadap kekeringan ekstrem, mulai dari Kabupaten Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa sebagian, Takalar, Jeneponto dan Selayar. Kekeringan ekstrem di pantai barat juga dipastikan akan berpengaruh di area pantai timur yakni area Luwu Raya, Bone, Sinjai dan Bulukumba. Begitu pula bagian tengah yakni Kabupaten Soppeng, Bone dan Gowa sebagian. Ancaman kekeringan di 2023 ini akan sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan berdampak pada ketahanan pangan Sulsel. Ilustrasi. Area persawahan di wilayah Gowa, Sulawesi Selatan. ANTARA/Nur Suhra Wardyah Pemetaan Kekeringan ekstrem yang diprediksi terjadi di musim kemarau tahun ini menjadi perhatian Pemprov Sulsel. Karena itu, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan TPH-Bun telah menyiapkan berbagai strategi guna menghadapi musim kemarau 2023. Sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Indonesia, Dinas TPH BUN Sulsel telah menyiapkan sejumlah program antisipatif yang telah dan sedang berjalan saat ini. Program itu di antaranya pemetaan zona rawan kekeringan, manajemen air, pengaturan pola tanam, persiapan benih unggul hingga bantuan substitusi kepada petani jika terjadi gagal panen. Pada pemetaan di sektor pertanian, Dinas TPH BUN Sulsel telah menetapkan tiga kabupaten yang masuk kategori zona merah sebagai daerah yang diindikasi rawan dan sangat terdampak kekeringan. Tiga zona merah terhadap ancaman pertanian di musim kemarau tahun ini yaitu Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo. Kepala Dinas TPH BUN Sulsel Imran Jauzi menjelaskan, penetapan zona ini didasarkan pada data riwayat area pertanian 3 hingga 5 tahun yang lalu jika pernah mengalami kekeringan di musim kemarau. Utamanya dengan luas kekeringan lebih dari hektare. Penetapan zona merah di tiga wilayah ini terbilang sesuai dengan prediksi BMKG terhadap sejumlah daerah yang akan terdampak kekeringan. Kabupaten Bone dan Soppeng merupakan wilayah tengah yang juga diperkirakan terdampak El Nino, begitu pula Wajo, salah satu wilayah pantai barat. Pemetaan ini bukan berarti berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten tersebut, namun dikhususkan pada area pertanian yang telah melalui proses identifikasi dengan luas wilayah sekitar hektare. Sehingga dalam langkah-langkah antisipatif di tiga wilayah tersebut menjadi prioritas utama dalam mengatasi dampak kekeringan. Perubahan cuaca, sangat besar dampaknya terhadap sektor pertanian, sebab tidak hanya mengubah produktivitas, tetapi termasuk akan menimbulkan berbagai hama yang berakibat pada penyakit tanaman. Penyakit-penyakit tanaman yang baru akan bermunculan dan gerakan pengendalian harus segera dirancang. Manajemen air dan benih Setelah pemetaan dan penentuan dan zona rawan terdampak kekeringan, upaya lainnya mulai direalisasikan dalam menjaga ketahanan pangan Sulsel di musim kemarau yakni manajemen air dan benih, seperti penggunaan varietas-varietas yang lebih tahan kering. Pada manajemen air, Dinas TPH BUN Sulsel melakukan pengelolaan air yang didukung dengan berbagai perbaikan fasilitas penunjang, di antaranya membangun daerah-daerah irigasi dan merapikan kembali saluran-saluran irigasi khususnya pada wilayah tersier. Selain itu, dibangun embung untuk menampung air hujan yang akan dimanfaatkan pada musim kekeringan mendatang. Upaya lainnya, penggunaan sistem pompanisasi dan perbaikan perpipaan guna memaksimalkan penggunaan air. Air harus digunakan seoptimal mungkin dan mengusahakan agar tidak ada penggunaan air secara berlebihan pada aktivitas pertanian, termasuk dalam pola hidup sehari-hari. Langkah selanjutnya, mengatur pola tanam dan jarak tanam dengan mempercepat penanaman. Jika biasanya jarak tanam petani tiga pekan, maka diminta agar dipercepat menjadi dua pekan harus segera menanam. Hal tersebut guna memaksimalkan stok air yang masih memadai saat ini sebelum memasuki musim kemarau yang diprediksi oleh BMKG bahwa puncak kekeringan terjadi pada Agustus mendatang. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan TPH-Bun Sulawesi Selatan Imran Jauzi. ANTARA/Nur Suhra Wardyah Penggunaan benih yang bagus, dinilai menjadi langkah yang tepat dalam perbaikan hasil pertanian di tengah ancaman kekeringan. Sebab, kurangnya produktivitas pertanian akan tertutupi dengan hasil pertanian yang lebih berkualitas, sehingga mempengaruhi nilai jual dari berbagai komoditas pertanian. Pembagian benih gratis dinilai juga penting guna mengantisipasi kekeringan, karena kekeringan tidak saja bisa terjadi pada tanaman padi, tapi krisis pangan bisa terjadi pada komoditas pangan lainnya seperti jagung dan sorgum. Pemprov Sulsel sebelumnya telah merilis Program Mandiri Benih sejak 2022 sebagai terobosan untuk mendorong peningkatan produksi tanaman padi. Pada 2022 telah disalurkan sebanyak ton untuk hektare dengan jumlah penerima bantuan benih sebanyak keluarga petani. Program tersebut berhasil meningkatkan produksi pertanian dari tahun sebelumnya. Data statistik menunjukkan, produksi padi di Sulsel yakni 5,34 juta ton dan meningkat sebesar 4,92 persen ton dibanding tahun 2021 hanya sebesar 5,09 juta ton. Sementara pada tahun ini, Pemprov Sulsel kembali menyalurkan secara gratis bantuan benih padi sebanyak ton untuk luas lahan hektare . Selain benih padi, pada Mei 2023, juga disalurkan bantuan bibit perkebunan kakao 3,2 juta batang dan bibit mangga batang, durian batang, jeruk batang ke kabupaten/kota, serta bantuan pupuk dan alat produksi pertanian alsintan untuk para petani di sentra-sentra pengembangan pertanian. Gubernur Sulsel, Andi Sudirman, menegaskan bahwa strategi yang dicanangkan tersebut tidak hanya untuk menyokong ketahanan pangan di Sulsel, tapi juga guna mendukung ketahanan pangan nasional. Sulsel selama ini berkontribusi sekitar 25 persen terhadap pemenuhan kebutuhan beras Slamet Hadi Purnomo COPYRIGHT © ANTARA 2023
Para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi ketika memasuki musim kemarau. Hal ini dilakukan agar lahan tetap produktif. Saat musim kemarau lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Ketika datang musim hujan lahan tambak digunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani menggunakannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi, salah satunya seperti yang dilakukan Wartono 50. Hari menjelang siang, pria bertubuh tinggi ini nampak sibuk mengawal proses penanaman padi di lahan tambak seluas 2 hektare yang disewanya. Dia hendak memastikan benih padi yang ditanam sesuai dengan harapan, dengan mengintruksikan puluhan ibu-ibu yang dilibatkan dalam mengolah lahan itu untuk menanam padi dengan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan cara seperti ini produktivitas padi bisa meningkat. “Tanpa pengaturan jarak tanam sangat berpotensi memunculkan hama penganggu seperti gulma dan tikus, karena terlalu rapat,” jelas pria asal Desa Ngujungrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Kamis 10/06/2021. Selain itu, perawatan akan lebih sulit jika penanaman benih padi tanpa pengaturan jarak tanam. Usai memberikan arahan ke para ibu-ibu di pematang tambak, Wartono kemudian beralih menemui bapak-bapak yang sedang mengusung benih padi dengan menggunakan pikulan bambu. Mereka memikul dari jalan raya menuju ke tengah tambak yang kemudian didistribusikan ke para ibu-ibu yang sedang menanam. Sebelumnya benih padi itu diangkut menggunakan kendaraan pick up. baca Musim Kemarau, Petani Manfaatkan Rawa yang Mengering Buruh tani memikul benih padi untuk ditanam di tambak ikan. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Keberkahan Tersendiri Menurut Wartono, pada saat musim kemarau lahan tambak yang disewannya itu tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi Oryza sativa. Sebab, meski airnya susut masih ada sisa-sisa genangan air yang cocoknya memang hanya bisa digunakan untuk menanam padi. “Kalau ditanam jagung atau kacang kan kondisi tanahnya harus kering, jadi tidak bisa ditanam di lahan basah,” ujar dia. Umumnya, petani setempat menanam padi saat musim hujan, tapi bagi Wartono ketika datang musim hujan lahan tambak yang digarapnya itu ia gunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Begitu masa peralihan musim hujan ke kemarau itulah dia mulai menanam padi. baca juga Dampak Fenomena La Nina, Petani Buah Semangka dan Melon Tekor Saat musim kemarau, lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Dalam semusim dia hanya bisa menanam padi sekali. Setelah panen, lahan terlebih dulu diistirahatkan selama 2-3 bulan sambil menunggu musim hujan. Begitu datang hujan ia kemudian beralih ke budidaya ikan dan udang. “Untuk sewanya dalam semusim itu Rp31 juta. Bisa digunakan untuk budidaya ikan dua kali. Sementara untuk padi hanya sekali saja,” katanya. Bagi dia antara biaya operasional dan hasil yang didapat bisa berlipat. Untuk ikan dan udang sekali panen bisa mendapatkan hasil Rp30 juta. Sementara padi Rp35 juta. Beberapa petambak sudah beralih memasuki musim tanam padi pada tambaknya. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi, Rasima 60 misalnya, perempuan asal Buluterate, Babat, Lamongan ini mengaku senang karena dimusim kemarau ini dia masih bisa bekerja. “kalau tidak tandur ya nganggur, atau paling ya ngaret untuk kambing,” pungkasnya dalam bahasa Jawa. baca juga Begini Cara Petani Buah di Lamongan Berbagi Keberkahan Buruh tani membentangkan tali tampar untuk menanam padi di tambak menggunakan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Tanah Tetap Produktif Kemarau sering kali berdampak terhadap penurunan atau bahkan kegagalan produksi pangan, salah satunya yaitu padi. Di tahun 1991 misalnya, akibat kemarau sejumlah 800 ribu hektare tanaman padi mengalami kekeringan, dan sekitar 190 hektare puso. Pada tahun 1994, musim kemarau juga telah menimbulkan kerugian bagi sebagian petani karena tanaman padi mereka kekeringan, umumnya terjadi pada lahan yang irigasinya tergantung pada musim hujan. Plt. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Sujarwo mengatakan, untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani memang menggunakan lahannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Begitu juga sebalinya, ada juga sebagian petani yang melakukan dua kali tanam padi kemudian ikan hanya sekali, tergantung wilayahnya. baca juga Kemarau Panjang, Warga Lombok Bisa Bertani dan Berternak di Bendungan Rasima 60 menunjukkan tangannya yang keriput karena terlalu lama kena air usai menanam padi di tambak ikan. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Menurut dia, dalam semusim di satu lahan itu bagusnya memang dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Alasanya agar kesuburan tanah bisa tetap terjaga. “Kalau ikan terus ya kapan lahan waktunya istirahat? Karena sebetulnya tambak itu kan perlu juga digemburkan. Sementara padi itu setelah panen damennya bisa digunakan untuk pupuk alami,” ujar pria berkacamata ini. Selain itu, dengan pola seperti itu petani masih tetap produktif bisa mengolah lahan di musim kemarau, sehingga tidak takut mengalami kegagalan produksi pangan. Seorang buruh tani bersiap membajak lahan dengan menggunakan tractor. Agar kesuburan lahan tetap terjaga, dalam semusim bagusnya dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Meski begitu pihaknya terus mengupayakan untuk melakukan langkah-langkah alternatif lain, salah satunya yaitu mengkolaborasikan dua jenis komoditas pertanian sekaligus di dalam satu lahan, atau disebut juga dengan istilah Mina padi. Usaha tani gabungan ini memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam untuk budidaya yang memaksimalkan hasil tanah sawah, dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan efisiensi lahan, “Beberapa wilayah di Kabupaten Lamongan sudah menggunakan inovasi seperti itu. Apalagi Mina padi juga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi hama tikus,” pungkas pria yang pernah menjadi Camat ini. Para buruh tanam padi makan bersama di pematang tambak ditengah istirahatnya usai menanam padi. Memasuki musim kemarau, beberapa petambak sudah beralih menanam padi. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh
mengapa pada musim kemarau para petani tidak menanam padi